Minggu, 18 November 2012

Tari kontemporer


Tarian Indonesia


Tari Bali dipersembahkan di pura.
Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia: dapat terlihat dari akar budaya bangsa Austronesia dan Melanesia, dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri tetangga di Asia bahkan pengaruh barat yang diserap melalui kolonialisasi. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri; Di Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian asli Indonesia. Tradisi kuno tarian dan drama dilestarikan di berbagai sanggar dan sekolah seni tari yang dilindungi oleh pihak keraton atau akademi seni yang dijalankan pemerintah.[1]
Untuk keperluan penggolongan, seni tari di Indonesia dapat digolongkan ke dalam berbagai kategori. Dalam kategori sejarah, seni tari Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga era: era kesukuan prasejarah, era Hindu-Buddha, dan era Islam. Berdasarkan pelindung dan pendukungnya, dapat terbagi dalam dua kelompok, tari keraton (tari istana) yang didukung kaum bangsawan, dan tari rakyat yang tumbuh dari rakyat kebanyakan. Berdasarkan tradisinya, tarian Indonesia dibagi dalam dua kelompok; tari tradisional dan tari kontemporer.

Tari bercorak prasejarah atau tari suku pedalaman

[sunting]Era sejarah

[sunting]

Tari perang Papua dari Kabupaten Kepulauan Yapen.
Tari Kabasaran, Minahasa Sulawesi Utara.
Sebelum bersentuhan dengan pengaruh asing, suku bangsa di kepulauan Indonesia sudah mengembangkan seni tarinya tersendiri, hal ini tampak pada berbagai suku bangsa yang bertahan dari pengaruh luar dan memilih hidup sederhana di pedalaman, misalnya di Sumatera (Suku BatakNiasMentawai), di Kalimantan (Suku DayakPunanIban), di Jawa (Suku Baduy), di Sulawesi (Suku Toraja,Suku Minahasa), di Kepulauan Maluku dan di Papua (DaniAsmatAmungme).
Banyak ahli antropologi percaya bahwa tarian di Indonesia berawal dari gerakan ritual dan upacara keagamaan.[2] Tarian semacam ini biasanya berawal dari ritual, seperti tari perang, tarian dukun untuk menyembuhkan atau mengusir penyakit, tarian untuk memanggil hujan, dan berbagai jenis tarian yang berkaitan dengan pertanian seperti tari Hudoqdalam suku Dayak. Tarian lain diilhami oleh alam, misalnya Tari Merak dari Jawa Barat. Tarian jenis purba ini biasanya menampilkan gerakan berulang-ulang seperti tari Tor-Tor dalam suku Batak yang berasal dari Sumatera Utara. Tarian ini juga bermaksud untuk membangkitkan roh atau jiwa yang tersembunyi dalam diri manusia, juga dimaksudkan untuk menenangkan dan menyenangkan roh-roh tersebut. Beberapa tarian melibatkan kondisi mental seperti kesurupan yang dianggap sebagai penyaluran roh ke dalam tubuh penari yang menari dan bergerak di luar kesadarannya. Tari Sanghyang Dedari adalah suci tarian istimewa di Bali, dimana gadis yang belum beranjak dewasa menari dalam kondisi mental tidak sadar yang dipercaya dirasuki roh suci. Tarian ini bermaksud mengusir roh-roh jahat dari sekitar desa. Tari Kuda Lumping dan tari keris juga melibatkan kondisi kesurupan.

[sunting]Tari bercorak Hindu-Buddha

LakshmanaRama dan Shinta dalam sendratari Ramayana di Prambanan, Jawa.
Dengan diterimanya agama dharma di Indonesia, Hinduisme dan Buddhisme dirayakan dalam berbagai ritual suci dan seni. Kisah epik Hindu seperti RamayanaMahabharata dan juga Panjimenjadi ilham untuk ditampilkan dalam tari-drama yang disebut "Sendratari" menyerupai "ballet" dalam tradisi barat. Suatu metode tari yang rumit dan sangat bergaya diciptakan dan tetap lestari hingga kini, terutama di pulau Jawa dan Bali. Sendratari Jawa Ramayana dipentaskan secara rutin di Candi Prambanan, Yogyakarta; sementara sendratari yang bertema sama dalam versi Bali dipentaskan di berbagai Pura di seluruh pulau Bali. Tarian Jawa Wayang orangmengambil cuplikan dari episode Ramayana atau Mahabharata. Akan tetapi tarian ini sangat berbeda dengan versi India. Meskipun sikap tubuh dan tangan tetap dianggap penting, tarian Indonesia tidak menaruh perhatian penting terhadap mudra sebagaimana tarian India: bahkan lebih menampilkan bentuk lokal. Tari keraton Jawa menekankan kepada keanggunan dan gerakannya yang lambat dan lemah gemulai, sementara tarian Bali lebih dinamis dan ekspresif. Tari ritual suci Jawa Bedhaya dipercaya berasal dari masa Majapahit pada abad ke-14 bahkan lebih awal, tari ini berasal dari tari ritual yang dilakukan oleh gadis perawan untuk memuja Dewa-dewa Hindu seperti ShiwaBrahma, dan Wishnu.
Di Bali, tarian telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ritual suci Hindu Dharma. Beberapa ahli percaya bahwa tari Bali berasal dari tradisi tari yang lebih tua dari Jawa. Relief dari candi di Jawa Timur dari abad ke-14 menampilkan mahkota dan hiasan kepala yang serupa dengan hiasan kepala yang digunakan di tari Bali kini. Hal ini menampilkan kesinambungan tradisi yang luar biasa yang tak terputus selama sedikitnya 600 tahun. Beberapa tari sakral dan suci hanya boleh dipergelarkan pada upacara keagamaan tertentu. Masing-masing tari Bali memiliki kegunaan tersendiri, mulai dari tari suci untuk ritual keagamaan yang hanya boleh ditarikan di dalam pura, tari yang menceritakan kisah dan legenda populer, hingga tari penyambutan dan penghormatan kepada tamu seperti tari pendetTari topeng juga sangat populer di Jawa dan Bali, umumnya mengambil kisah cerita Panji yang dapat dirunut berasal dari sejarah Kerajaan Kediri abad ke-12. Jenis tari topeng yang terkenal adalah tari topeng Cirebon dan topeng Bali.

[sunting]Tari bercorak Islam

Tari Saman dari Aceh.
Sebagai agama yang datang kemudiam, Agama Islam mulai masuk ke kepulauan Nusantara ketika tarian asli dan tarian dharma masih populer. Seniman dan penari masih menggunakan gaya dari era sebelumnya, menganti kisah cerita yang lebih berpenafsiran Islam dan busana yang lebih tertutup sesuai ajaran Islam. Pergantian ini sangat jelas dalam Tari Persembahan dari Jambi. Penari masih dihiasi perhiasan emas yang rumit dan raya seperti pada masa Hindu-Buddha, tetapi pakaiannya lebih tertutup sesuai etika kesopanan berbusana dalam ajaran Islam.
Era baru ini membawa gaya baru dalam seni tari: Tari Zapin Melayu dan Tari Saman Acehmenerapkan gaya tari dan musik bernuansa Arabia dan Persia, digabungkan dengan gaya lokal menampilkan generasi baru tarian era Islam. Digunakan pula alat musik khas Arab dan Persia, seperti rebana, tambur, dan gendang yang menjadi alat musik utama dalam tarian bernuansa Islam, begitu pula senandung nyanyian pengiring tarian yang mengutip doa-doa Islami.

[sunting]Pendukung

[sunting]Tari keraton

Tari Golek Ayun-ayun, dari KeratonYogyakarta
Tari Jaipongan, tari tradisi rakyatSunda
Tarian di Indonesia mencerminkan sejarah panjang Indonesia. Beberapa keluarga bangsawan; berbagai istana dan keraton yang hingga kini masih bertahan di berbagai bagian Indonesia menjadi benteng pelindung dan pelestari budaya istana. Perbedaan paling jelas antara tarian istana dengan tarian rakyat tampak dalam tradisi tari Jawa. Strata masyarakat Jawa yang berlapis-lapis dan bertingkat tercermin dalam budayanya. Jika golongan bangsawan kelas atas lebih memperhatikan pada kehalusan, unsur spiritual, keluhuran, dan keadiluhungan; masyarakat kebanyakan lebih memperhatikan unsur hiburan dan sosial dari tarian. Sebagai akibatnya tarian istana lebih ketat dan memiliki seperangkat aturan dan disiplin yang dipertahankan dari generasi ke generasi, sementara tari rakyat lebih bebas, dan terbuka atas berbagai pengaruh.
Perlindungan kerajaan atas seni dan budaya istana umumnya digalakkan oleh pranata kerajaan sebagai penjaga dan pelindung tradisi mereka. Misalnya para Sultan dan Sunan dari Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta terkenal sebagai pencipta berbagai tarian keraton lengkap dengan komposisi gamelan pengiring tarian tersebut. Tarian istana juga terdapat dalam tradisi istana Bali dan Melayu, yang bisanya—seperti di Jawa—juga menekankan pada kehalusan, keagungan dan gengsi. Tarian Istana Sumatra seperti bekas Kesultanan AcehKesultanan Delidi Sumatera Utara, Kesultanan Melayu Riau, dan Kesultanan Palembang di Sumatera Selatan lebih dipengaruhi budaya Islam, sementara Jawa dan Bali lebih kental akan warisan budaya Hindu-Buddhanya.

[sunting]Tari rakyat

Tarian Indonesia menunjukkan kompleksitas sosial dan pelapisan tingkatan sosial dari masyarakatnya, yang juga menunjukkan kelas sosial dan derajat kehalusannya. Berdasarkan pelindung dan pendukungya, tari rakyat adalah tari yang dikembangkan dan didukung oleh rakyat kebanyakan, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Dibandingkan dengan tari istana (keraton) yang dikembangkan dan dilindungi oleh pihak istana, tari rakyat Indonesia lebih dinamis, enerjik, dan relatif lebih bebas dari aturan yang ketat dan disiplin tertentu, meskipun demikian beberapa langgam gerakan atau sikap tubuh yang khas seringkali tetap dipertahankan. Tari rakyat lebih memperhatikan fungsi hiburan dan sosial pergaulannya daripada fungsi ritual.
Tari Ronggeng dan tari Jaipongan suku Sunda adalah contoh yang baik mengenai tradisi tari rakyat. Keduanya adalah tari pergaulan yang lebih bersifat hiburan. Seringkali tarian ini menampilkan gerakan yang dianggap kurang pantas jika ditinjau dari sudut pandang tari istana, akibatnya tari rakyat ini seringkali disalahartikan terlalu erotis atau terlalu kasar dalam standar istana. Meskipun demikian tarian ini tetap berkembang subur dalam tradisi rakyat Indonesia karena didukung oleh masyarakatnya. Beberapa tari rakyat tradisional telah dikembangkan menjadi tarian massal dengan gerakan sederhana yang tersusun rapi, seperti tari Poco-poco dari Minahasa Sulawesi Utara, dan tari Sajojo dari Papua.

[sunting]Tradisi

[sunting]Tari tradisional

Tari tradisional Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman bangsa Indonesia. Beberapa tradisi seni tari seperti; tarian Bali, tarian Jawa, tarian Sunda, tarian Minangkabau, tarian Palembang, tarian Melayu, tarian Aceh, dan masih banyak lagi adalah seni tari yang berkembang sejak dahulu kala, meskipun demikian tari ini tetap dikembangkan hingga kini. Beberapa tari mungkin telah berusia ratusan tahun, sementara beberapa tari berlanggam tradisional mungkin baru diciptakan kurang dari satu dekade yang lalu. Penciptaan tari dengan koreografi baru, tetapi masih di dalam kerangka disiplin tradisi tari tertentu masih dimungkinkan. Sebagai hasilnya, muncullah beberapa tari kreasi baru. Tari kreasi baru ini dapat merupakan penggalian kembali akar-akar budaya yang telah sirna, penafsiran baru, inspirasi atau eksplorasi seni baru atas seni tari tradisional.
Sekolah seni tertentu di Indonesia seperti Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) di Bandung, Institut Kesenian Jakarta (IKJ) di Jakarta, Institut Seni Indonesia (ISI) yang tersebar di DenpasarYogyakarta, dan Surakarta kesemuanya mendukung dan menggalakkan siswanya untuk mengeksplorasi dan mengembangkan seni tari tradisional di Indonesia. Beberapa festival tertentu seperti Festival Kesenian Bali dikenal sebagai ajang ternama bagi seniman tari Bali untuk menampilkan tari kreasi baru karya mereka.

[sunting]Tari kontemporer

Seni tari kontemporer Indonesia meminjam banyak pengaruh dari luar, seperti tari balet dan tari modern barat. Pada tahun 1954, dua seniman dar Yogyakarta — Bagong Kusudiarjo dan Wisnuwardhana — merantau ke Amerika Serikat untuk belajar ballet dan tari modern dengan berbagai sanggar tari disana. Ketika kembali ke Indonesia pada tahun 1959 mereka membawa budaya berkesenian baru, yang pada akhirnya mengubah arah, wajah dan pergerakan dan koreografi baru, mereka memperkenalkan gagasan seni tari sebagai ekspresi pribadi sang seniman ke dalam seni tari Indonesia.[3] Gagasan seni tari sebagai media ekspresi pribadi seniman telah membangkitkan seni tari Indonesia, dari yang semula selalu berlatar tradisi menjadi ekspresi seni, melalui paparan sang seniman terhadap berbagai latar belakang seni dan budaya yang lebih luas dan kaya. Seni tari tradisional Indonesia juga banyak memengaruhi seni tari kontemporer di Indonesia, misalnya langgam tari Jawa berupa pose dan sikap tubuh serta keanggunan gerakan seringkali muncul dalam pagelaran seni tari kontemporer di Indonesia. Kolaborasi internasional juga dimungkinkan, misalnya kolaborasi seni tari Jepang Noh dengan seni tari teater tradisional Jawa dan Bali.
Tari modern Indonesia juga seringkali ditampilkan dalam dunia industri hiburan dan pertunjukan Indonesia, misalnya tarian pengiring nyanyian, pagelaran musik, atau panggung hiburan. Kini dengan derasnya pengaruh budaya pop dari luar negeri, terutama dari Amerika serikat, beberapa tari modern seperti tari jalanan (street dance) juga merebut perhatian kaum muda Indonesia.

Tari Tradisional


Dari sekian banyak kesenian yang ada di Indonesia, tari adalah salah satu cabang seni yang merupakan bagian yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Hadirnya tari di lingkungan kehidupan manusia bersamaan dengan peradaban manusia tersebut. Sebagai ekspresi seni, tari dapat menjadi sebuah media komunikasi melalui media gerak.
Istilah tari memiliki makna dan definisi yang luas, namun terdapat satu definisi umum yang kiranya sudah menjadi generalisasi bahwa definisi dari istilah tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak tubuh yang ritmis. Dari pernyataan ini sudah jelas bahwa unsur utama dari tari adalah tubuh, tari dapat diibaratkan sebagai bahasa gerak yang merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal.
Kehadiran tari dalam kehidupan manusia kiranya sudah sangat lama, dan memiliki fungsi yang berbeda-beda tergantung dari masyarakat tempat tari itu tumbuh. Maka tidak heran apabila banyak ahli-ahli dalam bidang kesenian khususnya seni tari yang membuat pengertian atau definisi tentang tari dengan penjabaran yang berbeda namun memiliki makna yang hampir sama. 13
Adapun pengertian tari menurut Pangeran Suryodiningrat, dalam Heni rohayani (2007 : 2) : “tari adalah gerakan-gerakan dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu”.
Sedangkan Edy Sedyawati dkk (1986 : 73-74), mengemukakan tentang beberapa definisi tari sebagai berikut :
a. Tari adalah gerak-gerak ritmis, baik sebagian atau seluruhnya, dari anggota badan yang terdiri dari pola individual atau berkelompok disertai ekspresi atau sesuatu ide tertentu.

b. Tari adalah paduan pola-pola di dalam ruang yang disusun atau dijalin menurut aturan pengisian waktu tertentu.

c. Tari adalah gerakan spontan yang dipengaruhi oleh emosi yang kuat

d. Tari adalah paduan gerak-gerak indah dan ritmis yang disususun sedemikian rupa sehingga memberi kesenangan kepada pelaku dan penghayatnya.

e. Tari adalah gerak-gerak terlatih yang telah disusun dengan seksama untuk menyatakan tata laku dan tata rasa.

Dari beberapa definisi tari yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa tari adalah rangkaian gerak yang dibuat dengan pola tertentu dan memiliki unsur estetis. Tari mempunyai kedudukan yang kuat dalam kehidupan manusia sebagai media komunikasi dalam wujud gerak untuk menyampaikan pesan atau maksud tertentu. 14
Sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia, tari pun ikut melangkah dan berkembang. Manusia menciptakan tari sesuai dengan ungkapan hidup, dan jika manusia masih mampu untuk mengungkapkan ungkapan hidup dalam wujud gerak, maka tari akan tercipta dan terus berkembang.

2. Jenis-jenis Tari

Jenis tari adalah macam-macam tari yang ada di Indonesia, baik tari sederhana dengan durasi penampilan yang singkat, sampai tarian yang memerlukan proses cukup panjang. Jenis-jenis tari dapat dikelompokan menjadi jenis tari berdasarkan koreografinya, dan jenis tari berdasarkan pola garapannya.

a. Jenis tari berdasarkan koreografinya

Jenis tari berdasarkan koreografinya dibagi menjadi tiga yaitu tari tunggal (solo), tari berpasangan (duet) dan tari kelompok. Tari tunggal adalah tari yang dibawakan oleh satu orang penari. Tari berpasangan adalah bentuk tarian yang dibawakan secara berpasangan yang satu sama lainnya saling memberi respon. Tari kelompok adalah tarian yang dilakukan oleh sejumlah orang penari yang terdiri dari tiga orang penari atau lebih, tergantung dari kebutuhan tarian yang akan dibawakan.

b. Jenis tari berdasarkan pola garapannya

Jenis tari berdasarkan pola garapannya terbagi menjadi dua yaitu tari tradisional dan tari kreasi baru. Tari tradisional adalah tari yang 15
kehadirannya sudah ada sejak puluhan tahun lalu, telah mengalami perkembangan yang cukup lama serta kental dengan nilai-nilai tradisi yang diturunkan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Sedangkan tari kreasi baru adalah tari yang belum memiliki umur yang panjang dalam kehidupan manusia. Dalam penggarapannya mengarah pada kebebasan pengungkapan dan tidak selalu berpijak pada pola tradisi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka tari Lenggang Nyai termasuk dalam kategori tari Kelompok, karena dalam penyajiannya, tari Lenggang Nyai dibawakan oleh empat sampai enam penari disesuaikan dengan kebutuhan penyajian. Jika dilihat dari jenis tari berdasarkan pola garapannya, tari Lenggang Nyai termasuk dalam kategori tari Kreasi Baru, karena tidak menggunakan ragam gerak tradisi, namun merupakan pengembangan dari ragam gerak tradisi.

3. Pengertian Tari Tradisi

Seni tradisi merupakan seni yang dihasikan oleh masyarakat secara turun-temurun. Kehadiran kesenian terbentuk atas dasar dukungan masyarakat dalam membentuk serta menciptakan kesenian baru sebagai suatu upaya pemenuhan kebutuhan yang dimiliki oleh masyarakat sebagai penyangga dari keberadaan kesenian. Sal Murgiyanto mengatakan adalah “tradisi merupakan akar perkembangan kebudayaan yang memberi ciri khas identitas atau kepribadian suatu bagsa. (2004 : 15). Yang disebut sebagai tari tradisional adalah tari yang keberadaanya 16
sudah cukup lama dalam kehidupan manusia. Tari tradisi sebagai bagian dari seni adalah wujud dari karya yang dihasilkan sejak puluhan tahun lalu.
Secara etimologis istilah tradisional berasal dari bahasa inggris traditionyang berarti adat atau kebiasaan secara turun temurun melalui proses pewarisan dari generasi ke generasi sebagai warisan budaya yang luhur. Tradisi merupakan hasil cipta dan karya manusia. Rusliana (1983 : 7) dalam buku pengantar Ethnologi I mengatakan :
Tradisional merupakan pola alihan dari bahasa Inggris traditionmenunjukan pengertian yang sama, yaitu adat istiadat artinya tari tradisi merupakan tarian sebagai warisan budaya leluhur yang hidup dan tetap berpijak sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku pada masyarakat dalam berbagai kegunaan.
Kelangsungan sebuah tradisi sangat bergantung dari adanya penyegaran atau inovasi yang terus menerus dari para pendukungnya dalam mengembangkan keunikan perorangan, detail, kebiasaan, persepsi intern dan ekstern. Tari tradisi Indonesia mulai ada gejalanya setelah Indonesia merdeka sebagai refleksi kebebasan manusia di segala bidang.

4. Pengertian Tari Kreasi

Tari kreasi baru adalah salah satu rumpun tari yang mengalami pembaharuan, dapat pula dikatakan bahwa tari kreasi baru adalah inovasi dari seorang koreografer atau pencipta tari untuk menciptakan suatu tarian baru. Endang Caturwati mengatakan, kreasi baru merupakan karya yang dihasilkan atas kreativitas indvidual atau kelompok, sebagai karya yang ditata dengan sentuhan atau cita rasa baru (2007 : 165). Selain itu,17
pengertian tentang tari kreasi baru juga dipaparkan oleh Arthur S Nalan sebagai berikut :
Hasil ciptaan – ciptaan tari yang muncul sekitar tahun 1950-an kerap kali disebut dengan tari kreasi baru. Untuk lebih jelasnya tari kreasi baru merupakan wujud garapan tari yang hidup relatif masih muda, lahir setelah tari tradisi berkembang cukup lama, serta tampak dalam garapan tariannya itu telah ditandai adanya pembaharuan-pembaharuan (1996 : 11).
Tari kreasi baru merupakan jenis tarian yang memiliki kebebasan dalam penciptaannya. Dalam penciptaan tersebut para koreografer tari mengacu pada tari tradisi di daerah setempatnya, bahkan ada juga para koreografer tari yang mengambil inspirasinya dari daerah-daerah lain dan mencampurkan gerak tari yang lepas dari ikatan-ikatan tradisi yang biasa disebut dengan gerakan modern.

B. PROSES PENCIPTAAN TARI

Sebuah karya seni tersusun dari bagian-bagian yang saling berkaitan antara satu bagian dengan bagian yang lainnya. Dalam membuat sebuah tari didalamnya terdapat suatu perencanaan dalam membuat gerak, musik, rias dan busana, namun modal paling utama dalam tari adalah gerak sebab tari adalah suatu perwujudan seni yang diungkapkan melalui media gerak. Dalam penciptaan sebuah tari, orang dapat menggunakan gerak-gerak tari yang sudah ada sebelumnya atau menciptakan gerak dari hasil ekplorasi dan pengembangan gerak yang belum terpola sebelumnya.
R.M Wisnoe Wardhana (1984 : 26) menjelaskan definisi mengenai penciptaan, bahwa “penciptaan adalah dari tiada menjadi ada, itulah terciptanya sesuatu dalam kehidupan manusia oleh manusia. Sesuatu yang 18
tercipta itu menjadilah titik mula perkembangan baru, sesuatu yang baru, yang dapat pula merupakan saat genetis psikologis”. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa pencipta membawakan arah ciptaannya sebagaimana ia membawakan diri dalam arena kehidupan. Cita-cita pribadi mewarnai ciptaan-ciptaannya. Sebaliknya ciptaan seseorang adalah pantulan nilai-nilai pribadi. Dalam melaksanakan cita-cita, seseorang tidak luput dari pengaruh ingkungan, yang merupakan kesempatan-kesempatan, tempat, hambatan, maupun dorongan.
Mencipta merupakan dorongan untuk merasakan, menemukan dan menuangkan ide-ide yang ada untuk dikembangkan. Tari tidak tercipta secara instan, terdapat sebuah proses atau langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menciptakan tarian. Proses untuk mencipta atau membuat karya tari dimulai dari mencari ide-ide, yaitu melalui eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan (komposisi). Pada umumnya terdapat 4 tahap dalam proses penciptaan tari diantaranya :

a. Penemuan gagasan, adalah tahap menemukan gagasan tema dan gagasan bentuk tari, yang diawali dengan kegiatan memberikan rangsangan kepada panca indera.

b. Pendalaman gagasan, adalah tahap untuk memahami tema tari dan bentuk tari yang akan dibuat.

c. Perwujudan gagasan, atau komposisi tari adalah tahap membuat susunan ragam gerak, desain lantai, musik, dramatik, sesuai dengan tema tari dan bentuk tari yang diinginkan.
19

d. Pementasan tari, adalah kegiatan mempertunjukkan karya-karya di depan penonton, rangkaian kegiatan pementasan tari adalah latihan, pementasan dan pembahasan atau evaluasi.

Adapun teori yang diungkapkan oleh M Hawkins (2007 : 7.11), bahwa ada 4 tahap kreatif tari diantaranya sebagai berikut :

1. Eksplorasi adalah pengalaman melakukan penjajakan gerak, untuk menghasilkan ragam gerak. Pada kegiatan ini berupa berimajinasi melakukan interpetasi terhadap apa yang telah dilihat, didengar atau diraba. Ia bergerak bebas mengikuti kata hatinya, mengikuti imajinasi dan interpretasinya.

2. Improvisasi yaitu pengalaman secara spontanitas mencoba-coba atau mencari-cari kemungkinan ragam gerak yang telah diperoleh pada waktu eksplorasi. Dari setiap ragam gerak yang dihasilkan pada waktu eksplorasi, dikembangkan dari aspek tenaga, ruang atau tempo dan ritmenya, sehingga menghasilkan ragam gerak yang sangat banyak.

3. Evaluasi yaitu pengalaman untuk menilai dan menyeleksi ragam gerak yang telah dihasilkan pada tahap improvisasi. Dalam kegiatan ini penata tari mulai menyeleksi, dengan cara membuat ragam gerak yang tidak sesuai dan memilih ragam gerak yang sesuai dengan gagasannya. Hasil inilah yang akan digarap oleh penata tari pada tahap komposisi tari.

4. Komposisi yaitu tujuan akhir manusia untuk memberikan bentuk kepada apa yang ia temukan.
20
Tari sebagai bentuk seni tidak hanya sebagai ungkapan gerak, tetapi juga membawa serta nilai rasa irama yang mampu memberikan sentuhan estetis. Selain aspek-aspek estetis, para penata tari juga mempertimbangkan norma-norma moral dan kesusilaan yang berlaku di wilayahnya. Saat menyusun suatu koreografi, konsep-konsep estetik dan adat yang berakar pada budaya setempat sangat memberi warna pada wujud tariannya. Nilai-nilai budaya lokal inilah yang membedakan antara tarian suatu daerah dengan daerah lainnya. Nilai ini pula yang sekaligus memberikan identitas terhadap tarian bersangkutan. Dengan kata lain, setiap budaya memiliki konsep tersendiri yang menunjukkan bahwa aspek-aspek itu tersusun secara terpadu sehingga membentuk suatu tari atau koreografi yang khas.

1. Unsur-unsur penciptaan tari

Karya tari sebagaimana halnya karya seni lainnya, merupakan respon penghayatan seniman terhadap kehidupan yang dilatarbelakangi kehidupan keluarga, norma, sosial budaya, dan pendidikan yang didapat oleh penata tari. Hubungan antara latar belakang kehidupan seniman dengan realitas kehidupan akan mempengaruhi gaya seni yang dipilih seniman. Iyus Rusliana dalam buku Penciptaan Tari Sunda menjelaskan:
bahwa pelaku seni tari yang paling menonjol atau menentukan keberadaan dan sekaligus menghidupkannya, adalah penari, guru atau pelatih tari, dan pencipta tari atau koreografer. Begitu juga dalam pertumbuhannya, seni tari bisa berkembang dinamis atau sebaliknya menjadi statis, adalah tergantung kepada kreatif tidaknya ketiga macam pelaku seni tari ini (2008 : 8).
Dalam penciptaan sebuah karya tari terdapat unsur-unsur penciptaan yang menjadi komponen penting dalam proses penggarapan 21
sebuah karya tari. Unsur-unsur tersebut diantaranya adalah Koreografer atau penata tari, ide dan kreativitas serta gerak.

1.1 Penata Tari

Dalam buku Penciptaan Tari Sunda, Iyus Rusliana menjelaskan :
Jadi yang disebut dengan pencipta tari atau koreografer, yaitu seniman yang mampu menemukan ide – ide dan konsep garapan yang orisinal menjadi karya tari inovatif. Adapun karya tari inovatif berarti karya tari yang memiliki ciri khas tersendiri atau keunikan dan kebaruan yang bermakna sebagai respon positif dari kemampuannya untuk menunjukan eksistensi dan potensi sebagai pencipta tari yang bercitra. Kehadiran karya tari hasil dari perilaku yang kreatif ini, biasanya terdorong dari dalam batinnya sendiri atau adanya inspirasi dari kepekaan terhadap masalah yang dialaminya dan kepekaan merespon dari berbagai peristiwa alam dan kehidupan yang ada di sekeliling (2008 : 15).
Untuk menciptakan sebuah tarian, akan terjadi yang dikatakan bayangan. Bayangan akan menjadi sumber inspirasi sang koreografer. Koreografer juga membutuhkan suatu pengetahuan terhadap apa yang akan dihasilkan dari karya seni tersebut, maka seorang koreografer akan berimajinasi dan berintuisi, menggunakan pengetahuan yang pernah dialaminya yang berbau estetis ataupun dari pengalaman melihat karya orang sebelumnya.

1.2 Ide dan Kreativitas

Unsur ide dan kreativitas adalah dua hal yang saling mendukung satu sama lain untuk menentukan identitas dan ciri khas dalam penggarapan sebuah tarian. Pendapat seperti ini juga dikemukakan oleh Sal Murgiyanto (1986 :46) : 22
Tari akan tercipta karena adanya suatu ide di dalam proses penciptaannya. Ide, isi atau gagasan tari adalah bagian tari yang terlihat dan merupakan hasil pengaturan dari unsur-unsur psikologi dan pengalaman emosionalnya. Proses memilih dan mengolah elemen-elemen inilah yang merupakan proses garapan isi dari sebuah komposisi.

Seiring dengan perkembangan zaman, hal yang dituntut dalam tari dilihat dari ide kreatif yang dituangkan dalam menciptakan teknik gerak, dan komposisi atau koreografinya. Ide kreatif dapat muncul apabila seseorang banyak melakukan aktivitas atau latihan. Dalam hal ini perilaku kreatif dapat dituangkan dengan membuat karya tari agar kreativitas bisa berkembang, selanjutnya maka perkembangan itu akan menghasilkan gaya yang spesifik pada karya tari yang diciptakan.
Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta (KBBI, 2001 : 559). Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan gagasan baru maupun karya nyata baru atau merupakan kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada sehingga relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya. Kreativitas memiliki hubungan dengan inovasi. Adapun pernyataan Sal Murgiyanto mengenai inovasi (2004 : 5) adalah sebagai berikut :
Pergaulan lintas budaya merupakan salah satu alat ampuh untuk melakukan inovasi. Inovasi terjadi ketika sebuah konversi asing berhubungan dengan tradisi atau konversi kita. Sang penemu berfungsi sebagai jembatan atau titik hubung antara dua cara hidup yang berbeda, hasil penemuannya akan menarik orang-orang yang 23
ingin melakukan emansipasi dan memperlonggar ikatan-ikatan ketat yang berlaku di dalam budaya asal.
Inovasi berarti penemuan gagasan, konsep, cara, metodologi, atau hasil karya baru yang orisinil. Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah hasil pemikiran yang :

a. Menggunakan dan memadukan segala potensi internal yang dimiliki;

b. Mendatangkan hasil (pemikiran) yang sifatnya baru, yang belum ada sebelumnya, yang menarik, aneh dan mengejutkan;

c. Pemikiran baru yang dihasilkan itu lebih bermanfaat (efektif), lebih mudah, atau lebih berbobot.